Powered By Blogger

Jumat, 23 Januari 2009

Pembelajaran Behaviorristik vs Konstruktivistik

Masalah belajar dan pembelajaran dewasa ini nampak sekali bertumpuh pada paradigma keteraturan sebagai lawan dari paradigma kesemrawutan. belajar dan pembelajaran, di Perguruan tinggi, nampak sekali didesain dengan menggunakan pendekatan keteraturan. sutau pendekatan yang hingga kini diyakini sangat sahih oleh dosen. kajian ini mencoba melakukan pembedahan landasan konseptual dan teoritik paradigma keteraturan sekaligus dibandingkan dengan paradigma alternatifnya, yaitu kesemrautan. ini sangat urgen dilakukan dalam upaya untuk mencari pendekatan pemecahan maslah belajar dan pembelajaran yang lebih cocok di era yang telah berubah.persolan-persoalan dan preskripsi pemecahannya juga dicoba untuk dideskripsikan meskipun masih terbatas pada tataran konsep, prosedur, dan prinsip. artinya, belum menyentuh tataran operasional.
Bagian awal dari kajian mencoba membuat perbandingan teori dan konsep yang melandasi paradigma keteraturan dan kesemrawutan untuk memecahkan masalah-maslah belajar dan pembelajaran. Paradigma keterturan dilandasi oleh teori dan konsep behavioristik, sedangkan paradigma kesemrawutan dilandasi oleh teori dan konsep konstruktivistik (Brooks dan Brooks, 1993; Marzano, Pickering, dan McTighe, 1993). Kajian ini mencoba mengungkapkan perbedaan pandangan kedua teori ini mengenai belajar, pembelajaran, penataan latar belajar, tujuan dan strategi pemebelajaran, serta evaluasi pemebelajaran.
Pandangan teori behavioristik dibandingkan dengan konstruktivistik tentang belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Behavioristik :
  1. Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi.
  2. Belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar.
  3. Mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. artina, apa ang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh mahasiswa.
  4. Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan melalui proses berpikir ang dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan.
Kontruktivistik :
  1. Pengetahuan adalah non-objektif temporer, selalu berubah, dan tidak menentu.
  2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar mahsiswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidak menentuan.
  3. Mahasiswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan prespektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
  4. Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek, atau prespektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dari individualistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar